Kamis, Maret 04, 2010

Cegah Nyeri saat Melahirkan

BAYANGAN rasa nyeri ketika melahirkan kerap kali menghantui para ibu hamil (bumil) menjelang persalinan. Apalagi bagi mereka yang baru pertama melahirkan. Bagaimana mengatasinya?
Bagi ibu bumil, persalinan mungkin menjadi saat yang mendebarkan. Ada rasa gembira karena bakal melahirkan bayi mungil dan lucu. Namun, di balik itu tebersit rasa ngeri bila mengingat rasa sakit, mulas, dan nyeri yang bakal menyertainya. “90 persen wanita mengalami nyeri persalinan yang cukup berat,” kata dokter kandungan dari Rumah Sakit Omni Internasional, Alam Sutera Tangerang, dr Mufti Yunus SpOG.

Dikatakan Mufti bahwa rasa nyeri merupakan salah satu mekanisme alami dari tubuh manusia, sebagai peringatan akan adanya bahaya. Sementara, menurut International Association of The Study of Pain, rasa nyeri adalah suatu pengalaman sensorial dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata atau berpotensi rusak atau tergambarkan seperti itu.

“Nyeri persalinan merupakan proses fisiologis dengan intensitas yang berbeda-beda pada masing-masing individu,” ucapnya saat menjadi pembicara dalam seminar “Melahirkan Tanpa Rasa Nyeri” di RS Internasional Omni Alam Sutera Tangerang, beberapa waktu lalu.

Beberapa faktor yang memengaruhi timbulnya rasa nyeri pada saat melahirkan di antaranya faktor usia, drip oksitosin (induksi persalinan atau persalinan dari pasien yang belum terlihat tanda-tanda kelahiran sehingga dilakukan induksi persalinan), nulipara (wanita yang belum pernah melahirkan), dan lingkungan sosial.

Secara garis besar, proses persalinan diawali kontraksi atau tegangnya seluruh otot rahim. Dan inilah yang menyebabkan bayi terdorong keluar rahim secara bertahap sedikit demi sedikit, hingga mulut rahim secara bertahap akan terbuka (sekitar 10 cm).

“Rasa nyeri pada saat melahirkan ini muncul akibat adanya kontraksi otot-otot kandungan,” ucap dokter yang juga berpraktik di RSUD Pasar Rebo, Jakarta ini.
Nyeri saat melahirkan, tidak hanya nyeri pada fisik, juga ada tiga jenis nyeri saat melahirkan, yaitu nyeri emosional, nyeri fungsional, dan nyeri fisiologis.

Nyeri emosional terjadi karena pengaruh dari endokrin yang menyebabkan rasa takut misalnya. Ada pula nyeri fungsional misalnya karena dipicu dilatasi serviks atau kontraksi. Nyeri fisiologis terjadi karena keadaan bumil berubah dibandingkan sebelumnya.

“Dalam proses persalinan, awalnya terjadi kontraksi pada otot yang bisa menyebabkan nyeri sehingga bisa menimbulkan nyeri fungsional,” ucap dokter lulusan Universitas Andalas, Sumatera barat ini.

Untuk mencegah terjadinya nyeri saat melahirkan yang berlebihan, bisa dikurangi dengan menggunakan metode nonfarmakologi. Antara lain dukungan keluarga, terutama suami, hypnobirthing atau water birth. Mengurangi nyeri juga bisa dilakukan dengan mengatur emosional. Hypno-birthing merupakan metode yang mengajarkan wanita hamil agar lebih relaksasi sehingga kehamilan menjadi lancar, termasuk mengurangi rasa nyeri.

”Metode relaksasi ini mendasarkan pada keyakinan bahwa ibu hamil bisa mengalami persalinan melalui insting dan memberikan sugesti bahwa melahirkan itu nikmat,” katanya.

Selain itu, untuk mengurangi rasa nyeri bisa juga dilakukan dengan metode farmakologi, di antaranya dengan menggunakan ILA (intrathecal labor analgesia) yang dalam bahasa sehari-hari disebut Spinal. “Mereka yang ingin melakukan metode ini, tidak bisa dilakukan begitu saja, ILA baru bisa dilakukan jika dokter atau bidan sudah memberikan izin kepada pasien yang lahir normal untuk dilakukan ILA, yang kemudian akan dikonfirmasi kepada dokter anestesi yang melakukan penyuntikan ini,” jelasnya.

Sementara itu, ahli kandungan Rumah Sakit Hermina Jakarta, dr Judi Januadi Endjun SpOG(K), mengatakan bahwa umumnya nyeri saat melahirkan ini dialami wanita yang melahirkan anak pertama. ”Setiap kehamilan pertama hampir semua wanita mengalami nyeri saat melahirkan,” kata dokter lulusan Universitas Indonesia ini.

Disarankan Judi, untuk mengurangi rasa nyeri ini bisa dilakukan dengan senam hamil yang bertujuan untuk mengatur pola napas sehingga lancar saat melahirkan.
Namun, sebaiknya para bumil jangan terlalu dihantui ketakutan akan nyeri yang berlebihan. Sebab hal itu justru memengaruhi emosinya. Seperti yang dialami Ajeng Welly, 27. Pegawai perusahaan salah satu BUMN ini mengaku ketakutan akan rasa sakit ternyata tak sengeri yang terjadi.

Waktu melahirkan anak pertamanya, beberapa dokter menganjurkan untuk menggunakan metode ILA untuk menghilangkan rasa nyeri. Namun, karena tidak diwajibkan, Ajeng memilih untuk tidak menggunakannya. “Ternyata enggak apa-apa kok. Cara saya mengatasi nyeri sederhana saja kok, atur dan tahan napas,” katanya.
(lifestyle.okezone.com)

Ayam Sechuan

MAKANAN tradisional China ini rasanya sungguh menggugah selera. Apalagi disantap bersama kacang mede goreng yang telah menyatu dalam menu ini.

Bahan-bahan:
- 250 gram fillet ayam, potong dadu
- 2 siung bawang putih, parut
- 2 cm jahe, parut
- 1/2 sendok teh garam
- 1/2 sendok teh merica bubuk
- 3 siung bawang putih, cincang kasar
- 1 buah pekak
- 1/2 buah paprika merah, potong kotak
- 5 buah cabai merah kering, potong 2 cm
- 2 sendok makan saus tiram
- 4 sendok teh kecap manis
- 1/2 sendok teh kecap asin
- 1/4 sendok teh lada hitam
- 1/4 sendok teh gula pasir
- 250 ml air
- 50 gram kacang mede goreng
- 1 sendok makan minyak, untuk menumis

Cara membuat:
- Lumuri ayam dengan bawang putih, jahe, garam dan merica. Diamkan 30 menit.
- Tumis bawang putih dan pekak sampai harum.
- Tambahkan paprika merah dan cabai kering. Tumis hingga layu.
- Masukkan ayam, aduk sampai berubah warna.
- Tambahkan saus tiram, kecap manis, kecap asin, lada hitam, dan gula pasir. Aduk rata.
- Tuang air, masak hingga meresap. Masukan kacang mede. Aduk rata.
- Masakan siap disajikan. [www.inilah.com]