Selasa, Mei 04, 2010

Fortifikasi Susu Formula Cegah Penyakit

FORTIFIKASI susu formula dengan mikronutrien rasio tertentu secara klinis dapat meningkatkan daya tahan tubuh anak usia 1-3 tahun terhadap berbagai risiko penyakit yang sering terjadi.

Inilah studi yang dilakukan Prof Sunil Sazawal MD MPH PhD, seorang associate profesor dari Departemen Kesehatan Internasional Bloomberg School of Public Health, John Hopkins University. Dalam penelitiannya yang berjudul ”Effect of fortified milk in morbidity in young children in North India: community based, randomized, double masked placebo controlled trial”, Sunil menemukan bahwa kemajuan di bidang nutrisi saat ini, khususnya bidang mikronutrien, berdampak besar dalam merancang strategi untuk menurunkan kasus defisiensi atau kekurangan mikronutrien. Selain itu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah fortifikasi pangan. Fortifikasi susu formula dengan mikronutrien dalam rasio tertentu (vitamin A 370 IU/110μg RE, vitamin E 2,7 mg, vitamin C 16 mg, iron 3,2 mg, zinc 3,2 mg, selenium 2,2 μg, cooper 0,1 mg), dapat meningkatkan daya tahan tubuh anak usia 1-3 tahun terhadap berbagai risiko penyakit.

”Umpamanya diare, anemia, infeksi saluran pernapasan bawah, dan sekaligus memperbaiki status gizi serta pertumbuhan anak,” ujar Sunil dalam presentasinya di Hotel Gran Melia baru-baru ini.

Penelitian yang dilakukan Sunil sepanjang 2002-2004 di daerah pinggiran Kota Delhi, India, ini melibatkan 633 anak sebagai responden dengan catatan anak yang berusia 1-3 tahun, tetapi mengalami malanutrisi dan anak sakit tidak diikutsertakan dalam penelitian. Dari keseluruhan anak, sebanyak 317 anak mengonsumsi susu dengan kandungan mikronutrien. Sementara, sebanyak 316 anak mengonsumsi susu biasa. Seluruh anak mengonsumsi 2-3 kali sehari susu nutrivit maupun susu biasa dalam jangka waktu setahun.

Setelah satu tahun, penelitian menemukan anak yang mengonsumsi susu dengan fortifikasi nutrivit, ternyata memberikan perlindungan sebanyak dua kali lipat terhadap penyakit seperti yang telah disebutkan. ”Selain itu konsumsi antibiotik juga cenderung menurun pada kelompok anak yang minum susu fortifikasi ini, termasuk menurunnya angka kesakitan secara keseluruhan, serta meningkatkan status nutrisi dan tinggi badan anak,” kata Sunil.

Sunil melanjutkan, selain dapat memberikan beragam mikronutrien yang diperlukan, metode ini juga memiliki banyak manfaat tambahan karena mudah didapat, biaya yang rendah, dan efek samping yang kecil. Di samping juga mempermudah proses pencernaan dan kepatuhan yang tinggi terhadap pemenuhan gizi yang dibutuhkan anak.

Pada anak yang menderita diare akut biasanya terjadi defisiensi mineral zinc (Zn). Kekurangan mineral ini secara subklinis membuat tumbuh kembang anak terhambat dan daya tahan tubuh rendah.

”Penyebab terbanyak kematian anak di bawah 5 tahun adalah radang saluran pernapasan dan diare,” kata Ketua Divisi Gastroenterologi Anak RSU Dr Soetomo Surabaya Prof Dr dr Subijanto Marto Sudarmo SpA(K). Hal ini bercermin dari penelitian yang dilakukan Subijanto pada 1999.

Subijanto memaparkan, intervensi mineral Zn sebanyak 10 miligram selama satu sampai dua minggu akan mempercepat kesembuhan. Selain itu, berulangnya serangan diare dapat dicegah sampai tiga bulan. Khusus untuk radang saluran pernapasan atau pneumonia, lebih dari 2 juta anak balita meninggal akibat penyakit ini.

Pneumonia menjadi penyebab 1 dari 5 kematian pada anak balita. Sebanyak jumlah kasus balita dengan pneumonia di dunia, terdapat pada 15 negara. Berdasarkan data Unicef/WHO 2006, Indonesia berada pada urutan keenam setelah Bangladesh, dengan 6 juta kasus.

Sementara itu, kekurangan mineral juga bisa menimbulkan gejala subklinis seperti lemahnya daya tahan anak dan mudah terserang penyakit serta hambatan pertumbuhan. Ini disebabkan mineral berpengaruh pada metabolisme tubuh secara keseluruhan.

Adapun kekurangan zat besi berdampak pada imunitas tubuh serta dapat menyebabkan penderita rentan terhadap penyakit infeksi. Kekurangan zinc dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan sel untuk beregenerasi, merespons imun, serta sukarnya luka untuk sembuh.

Berbeda lagi dengan defisiensi copper. Menurunnya kemampuan zat besi untuk membentuk hemoglobin, merupakan respons akan minimnya kandungan copper dalam tubuh. Padahal, copper berfungsi dalam memberikan perlindungan terhadap saraf. Sementara selenium memainkan peranan penting terhadap infeksi dan berperan dalam modulasi pertumbuhan dan perkembangan.

Vitamin tak pelak juga memainkan andil yang turut besar bagi kesehatan tubuh. Vitamin A misalnya, berperan dalam fungsi imunitas sehingga kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan respons sel imunitas menurun sehingga rentan terhadap infeksi. Vitamin C merupakan antioksidan yang berguna untuk melindungi diri terhadap radikal bebas. Vitamin ini dapat mencegah kerusakan sel akibat proses oksidatif. Terakhir vitamin E, vitamin ini berguna meningkatkan respons imunitas dan menangkal turunnya fungsi imunitas.

Masih kurangnya mikronutrien pada anak-anak usia prasekolah tampak tinggi di seluruh negara Asia. Laporan WHO tahun 2008 memperkirakan, kasus anemia di negara Indonesia sebanyak 44,5 persen, Malaysia 32,4 persen, Filipina 36,3 persen, dan Sri Lanka 29,9 persen.

Bukan hanya di Asia, di seluruh dunia pun penyakit dan penyebab utama kematian pada balita adalah diare dan infeksi saluran pernapasan bawah yang terbagi atas 19 persen disebabkan pneumonia dan 17 persen karena diare. Adapun penyakit kurang gizi merupakan faktor penyebab setengah dari seluruh kematian pada bayi. ”Karenanya, konsumsi susu dengan fortifikasi merupakan salah satu cara mengatasi masalah tersebut,” tutur Sunil.
(Koran SI/Koran SI/tty)