Jumat, Oktober 15, 2010

Gairah Seks Turun? Atasi Segera!

TIDAK mendapatkan kepuasan di ranjang? Anda tidak sendirian, karena wanita masa kini memiliki sedikit waktu untuk seks daripada dekade sebelumnya. Diperkirakan 40 juta orang Amerika memiliki apa yang disebut pernikahan minim seks (berhubungan seks kurang dari 10 kali setahun).

“Sebuah kehidupan seks teratur baik untuk kesehatan Anda karena dapat memenuhi segala macam kebutuhan fisik dan keintiman emosional,“ kata Anita H. Clayton, MD, profesor psikiatri di University of Virginia, sekaligus penulis Satisfaction: Women, Sex, and the Quest for Intimacy, seperti dilansir Health. Berikut, 5 cara menyingkirkan penghalang seks.

Ranjang tidak seksi lagi
Semestinya, ranjang hanya digunakan untuk seks dan tidur, bukan tempat meletakkan laptop, PDA, dan sebagainya. Semua teknologi komunikasi tersebut menyebabkan insomnia dan meredam kehidupan seks Anda. Juga, lebih sulit memulai seks jika pasangan Anda bersembunyi di balik koran atau terpaku pada televisi atau jika tangan Anda sibuk menjelajahi sebuah situs pertemanan dari ponsel.

“Jadikan kamar tidur sebagai zona tanpa teknologi. Kemudian, upayakan melihat kembali prioritas hidup Anda, mulai romantisme, bekerja, hiburan, dan keluarga. Jadikan seks prioritas yang layak. Jika Anda terpaksa menjadwalkan seks seperti halnya rapat, lakukan saja!,” saran Clayton.

Anda tidak menyukai tubuh Anda
"Banyak wanita menemukan diri mereka tidak menarik sehingga tidak mau bereksperimen seksual, jika mereka kelebihan berat badan atau memiliki perubahan bentuk karena kehamilan,“ kata Clayton.

Secara emosional, tambahnya, kita sudah diserang terpaan media massa soal sosok wanita seksi. Pesannya, Anda harus melihat dengan cara tertentu agar kehidupan seks terasa baik.

"Wanita cenderung tidak menyukai banyak hal dalam dirinya, padahal sangat menarik menurut banyak orang," katanya.

Jangan ragu untuk bertanya kepada pasangan apa yang ia suka tentang tubuh Anda, karena pujian tersebut bisa membantu Anda merasa lebih positif.

Pengaruh alat kontrasepsi
Anda belum ingin memiliki momongan lagi sehingga mulai mengonsumsi kontrasepsi oral. Namun, “pil ajaib” tersebut ternyata mulai melemahkan gairah seks Anda. Mengapa?

“Kontrasepsi oral mengandung estrogen, yang meningkatkan produksi protein yang disebut sex-hormone binding globulin (SHBG),” kata Michael Krychman, MD, direktur medis kedokteran seksual Hoag Hospital di Newport Beach, California.

SHBG dapat menjebak testosteron yang akhirnya memengaruhi dorongan seksual. Sebaiknya, konsultasikan ke dokter tentang efek samping alat kontrasepsi terhadap gairah seksual . Anda mungkin ingin mencoba metode kontrasepsi yang tidak menggunakan hormon, seperti kondom atau IUD.

Anda menderita pre-menopause
Ini dialami sebelum menopause, kondisi di mana perubahan hormon—terutama berkurangnya estrogen—menyebabkan perubahan fisiologis hingga membuat seks tidak menarik. Sensitivitas jaringan Miss V berkurang hingga sulit basah saat dirangsang. Akibatnya, Miss V terasa nyeri saat bercinta.

Bicarakan pada dokter Anda tentang pro dan kontra terapi pengganti hormon (Hormone Replacement Therapy/HRT) yang dapat mengurangi gejala menopause. Penelitian baru menunjukkan, krim estrogen atau supositoria dapat meringankan kekeringan tanpa risiko HRT. Pelumas juga dapat membantu, terutama jika nyeri selama hubungan seksual menjadi masalah besar.

Depresi
Ketika Anda merasa down dalam kesedihan, keinginan bercinta bisa pudar, terutama pada wanita. “Wanita cenderung mengisolasi diri, dan hal tersebut dapat meruntuhkan hubungan. Antidepresan dapat membantu mengatasi, tetapi sebagian berpengaruh pada kemampuan Anda untuk orgasme,” tukas Clayton.

Ada baiknya, pertimbangkan jalan berbeda untuk pengobatan. "Psikoterapi tidak menyebabkan disfungsi seksual dan efektif, terutama dalam depresi ringan sampai sedang," kata Clayton. Olahraga juga membantu untuk memerbaiki suasana hati dan energi, juga meningkatkan aliran darah ke alat kelamin.(ftr)

Ayam Bumbu Andaliman

ANDALIMAN adalah buah liar yang tumbuh di Medan. Rasanya yang khas, menjadikannya cocok untuk bumbu masakan.

Bahan-bahan:
- 1 ekor ayam, dipotong 12 bagian
- 1 1/2 sendok teh garam
- 1/2 sendok teh merica bubuk
- 1/2 sendok teh air asam
- 2 cm lengkuas, dimemarkan
- 2 lembar daun kunyit, diikat
- 3 lembar daun jeruk, dibuang tulangnya
- 2 batang serai, diambil putihnya, dimemarkan
- 3/4 sendok teh garam
- 1/4 sendok teh gula pasir
- 500 ml santan dari 1/2 butir kelapa
- 2 sendok makan minyak untuk menumis minyak untuk menggoreng

Bumbu halus:
- 4 buah cabai merah keriting
- 3 buah cabai rawit merah
- 20 butir andaliman
- 8 butir bawang merah
- 4 siung bawang putih
- 3 butir kemiri, disangrai

Cara membuat:
- Lumuri ayam dengan garam, merica bubuk, dan air asam. Diamkan 30 menit. Goreng sampai berkulit.
- Panaskan minyak. Tumis bumbu halus, lengkuas, daun kunyit, daun jeruk, dan serai sampai harum. Tambahkan ayam. Aduk rata.
- Masukkan santan, garam, dan gula pasir. Masak sampai kental. [mor]

Pria Lebih Pintar Jaga Affair

WANITA sering kali kesulitan menahan diri untuk tidak mengumbar rahasia, dirinya maupun orang lain. Dalam urusan perselingkuhan, pria lebih pintar menjaga rahasia ketimbang wanita.

Kita mungkin tidak tahu alasan pria berselingkuh, tapi kita bisa tahu mengapa mereka menyimpan perselingkuhannya dari orang lain. Sebab, seperti dilansir Your Tango, survei terbaru menemukan bahwa 72 persen wanita akan memberitahu temannya tentang affair yang mereka lakukan sedangkan hanya 23 persen pria mau mengakui perselingkuhan mereka. Terdapat beberapa alasan pria menutup cerita affair dari teman-temannya.

Pria tidak suka umbar perasaan
Soal perasaan, pria tidak hanya menemukan kesulitan untuk mengungkapkannya pada teman wanita, tapi juga pria. Bagi pria, affair juga mencakup perasaan, entah itu bersalah, bangga, bahagia, dan sebagainya. Alasan tidak mengumbar perasaan lebih karena pola asuh masa kecil yang mengharuskan mereka bisa mengatasi perasaan sendiri.

Pria ingin memberikan kenyamanan
Dalam urusan pertemanan, pria punya solidaritas versinya sendiri, yang tentu berbeda dengan wanita. Dengan menceritakan perselingkuhannya, ia khawatir teman-temannya akan merasa tidak nyaman.

Pria senang dianggap pria baik-baik
Pria, meski jika mereka menyebut dirinya bad boy, senang menganggap dirinya sebagai "pria baik-baik". Mereka tahu bahwa perselingkuhan—yang menuntut banyak biaya dan pembenaran—bukanlah hal yang baik. Mereka juga tahu bukanlah hal baik menyakiti orang-orang yang mereka sayangi—pasangan dan orangtua—dengan kabar perselingkuhannya.

Pria menikmati kesenangan dalam selingkuh
Alasan besar pria berselingkuh adalah untuk menikmati kesenangan yang baru. Bagian dari kebaruan tersebut adalah menjaga cerita perselingkuhan dari orang lain. Greget selingkuh di mana pelakunya harus menyembunyikan rapat-rapat juga menjadi unsur kebaruan yang disukai pria.

Pria tahu, tak seorang pun suka pada peselingkuh
Tidak ada orang yang suka dengan peselingkuh. Cap negatif bakal segera diberikan pada mereka yang ketahuan menduakan pasangan. Meski menikmati affair, pria juga ingin menjaga nama baik dan imej diri di hadapan orang lain.(ftr)

Pepes Ubi Panggang

PENGANAN ini murah-meriah. Cara membuatnya pun tak sulit. Harum pandan dan santan menerbitkan liur orang yang berada didekatnya.

Bahan-bahan:
- 300 gram ubi merah, dikukus, dihaluskan
- 100 gram tepung sagu
- 50 gram tepung beras
- 200 ml santan dari 1/2 butir kelapa
- 150 gram gula merah, disisir halus
- 1 lembar daun pandan
- 1/4 sendok teh garam
- Daun pisang untuk membungkus

Cara Membuat:
- Rebus santan, gula merah, daun pandan, dan garam sambil diaduk sampai mendidih.
- Saring dan biarkan hangat.
- Ukur airnya 350 ml.
- Campur ubi, tepung sagu, dan tepung beras. Aduk rata. Tuang air gula. Aduk rata.
- Ambil daun pisang. Beri adonan. Bungkus. Semat dengan lidi.
- Kukus 45 menit sampai matang.
- Panggang sampai harum. [mor]

Nonton Televisi Berisiko Ganggu Mental Anak

ANAK-ANAK yang menonton televisi dan bermain komputer lebih dari dua jam sehari berisiko tinggi mengalami gangguan psikologis. Sebuah peringatan bagi orangtua yang lalai membiarkan anaknya ”diperbudak” tayangan televisi.

Pengaruh media terhadap manusia, terutama bagi anak-anak, semakin besar. Teknologi saat ini semakin canggih dan intensitasnya semakin tinggi. Padahal, orangtua karena kesibukannya tidak punya waktu yang cukup untuk memperhatikan, mendampingi, dan mengawasi anak setiap waktu. Alhasil, anak lebih banyak menghabiskan waktu menonton televisi ketimbang melakukan hal lainnya.

Padahal, ”kotak ajaib” bernama televisi itu sedianya dirancang untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi siapa saja yang, memanfaatkannya. Namun belakangan, efek negatif lebih banyak disorot terhadap penggunaan televisi ini. Banyak anak malah belajar bahwa kekerasan itu dapat menyelesaikan masalah dari tayangan media elektronik.

Mereka juga belajar untuk terus duduk di rumah dan menonton, bukannya bermain di luar dan berolahraga. Hal ini tentu menjauhkan mereka dari pelajaran-pelajaran hidup yang penting, seperti bagaimana cara berinteraksi dengan teman sebaya, belajar cara berkompromi, dan berbagi di dunia yang penuh dengan orang lain.

Sebuah studi terbaru bahkan menunjukkan, anak yang menghabiskan waktu di depan televisi atau main komputer selama lebih dari dua jam dalam sehari berisiko lebih besar mengalami masalah psikologis dari anak lain yang waktunya kurang dari itu, bahkan jika anak-anak tersebut cenderung aktif secara fisik.

Penelitian yang dipublikasikan secara online pada Selasa (11/10) dan masuk dalam edisi cetak pada November mendatang di jurnal Pediatrics tersebut, menemukan fakta bahwa risiko gangguan psikologis akan meningkat sekitar 60 persen ketika anak-anak yang berusia antara 10 dan 11 tahun menghabiskan lebih dari dua jam sehari menonton televisi atau bermain di komputer.

”Anak-anak yang menghabiskan lebih dari dua jam per hari menonton televisi atau menggunakan komputer akan mengalami peningkatan risiko gangguan psikologis tingkat tinggi, bahkan terlepas dari bagaimana mereka aktif secara fisik,” kata peneliti utama studi tersebut Angie Page dari Centre for Exercise, Nutrition and Health Sciences di University of Bristol, Inggris, seperti dikutip dalam laman healthday.com.

Namun, para ilmuwan menekankan bahwa penelitian ini tidak bisa membedakan apakah paparan media elektronik tersebut yang menyebabkan kesengsaraan psikologis pada anak-anak atau apakah anak-anak yang sudah lama bermasalah yang memilih menghabiskan waktu lama menatap layar komputer atau televisi.

Seperti yang tertulis dalam latar belakang dalam studi ini, penelitian sebelumnya pernah mengaitkan hubungan konsumsi berlebihan menonton televisi dengan obesitas. Hasilnya, kedua hal tersebut yaitu kebiasaan menonton televisi dan menggunakan komputer telah ditengarai menjadi penyebab masalah psikologis anak dan meningkatnya gaya hidup sedentari yang tidak sehat, yaitu hanya duduk berjam-jam.

Page mengungkapkan, dia dan rekan-rekan penelitinya memutuskan untuk menjalankan studi ini karena sekarang diketahui bahwa lebih banyak aktivitas fisik tentu lebih baik bagi kesehatan fisik dan mental anak-anak. Namun, tidak jelas juga apakah bertambahnya aktivitas fisik seorang anak dapat mengompensasi dampak buruk yang terkait dengan menyaksikan tayangan televisi dan menggunakan komputer secara berlebihan.

Riset ini sendiri melibatkan lebih dari 1.000 anak-anak antara usia 10 dan 11 tahun. Anak-anak ini direkrut dari 23 sekolah di Bristol dan semua anak melaporkan sendiri penggunaan televisi dan komputer mereka. Para peneliti telah menyebar kuesioner bertajuk Strengths and Difficulties, yang dirancang untuk mengukur kesulitan psikologis mereka, seperti hiperaktif, kurangnya perhatian, masalah sosial, serta masalah perilaku.

”Gangguan psikologis yang diukur dengan kuesioner ini hampir tidak kentara,” kata Dr Alan Mendelsohn, seorang profesor pediatridi New York University School of Medicinedi New York City, Amerika Serikat.

”Ini (masalah kesehatan mental anak) adalah isu besar, seperti hiperaktif, kesulitan bergaul dengan teman sebaya, melakukan perbuatan tercela, dan jenis perilaku antisosial lainnya,” lanjutnya lagi.

Secara keseluruhan, kebanyakan anak-anak ini dilaporkan menghabiskan antara satu atau dua jam sehari menonton tayangan televisi dan bermain komputer untuk mendapatkan hiburan. Menurut penelitian ini, rata-rata anak laki-laki aktif duduk manis di depan televisi sekitar 83 menit per hari, sementara anak perempuan selama 63 menit.

Studi ini menemukan bahwa anak-anak yang menghabiskan lebih dari dua jam sehari menonton televisi atau menggunakan komputer berisiko lebih besar memiliki gangguan psikologis daripada anak-anak yang menghabiskan sedikit waktu di depan layar media elektronik ini. Anak-anak yang menonton lebih dari dua jam televisi dalam sehari memiliki 61 persen peningkatan risiko kesulitan psikologis. Sementara mereka yang menghabiskan lebih dari dua jam di komputer sekitar 59 persen lebih mungkin untuk mengalami masalah psikologis.(Koran SI/Koran SI/ftr)