Sabtu, Januari 16, 2010

Gangliosida Tingkatkan Fungsi Kognitif Bayi

GANGLIOSIDA dalam susu formula terbukti secara ilmiah memiliki kemampuan meningkatkan fungsi perkembangan kognitif otak bayi yang sama dengan gangliosida dalam air susu ibu (ASI).
Oleh karena itu, bila bayi tidak dapat memperoleh ASI karena berbagai hal secara eksklusif hingga berusia enam bulan, seyogianya bayi itu diberikan susu formula yang mengandung gangliosida dengan kadar mendekati gangliosida dalam ASI.

Kesimpulan ini didapat dari hasil penelitian yang dikerjakan ahli gizi asal Universitas Padjadjaran, Dr Dida Akhmad Gurnida SpA (K), saat mempertahankan disertasinya pada sidang ujian promosi doktor beberapa waktu lalu. Dengan disertasi berjudul “Optimalisasi Fungsi Perkembangan Fungsi Kognitif Bayi Usia 6 Bulan dengan Suplementasi Gangliosida dalam Susu Formula”, Dida dinyatakan lulus dengan nilai cum laude.

Gangliosida merupakan salah satu komponen dari membran sel manusia, terutama membran sel saraf dan otak. Terdapat banyak tipe gangliosida dalam ASI, tetapi hanya dua tipe yang dominan, yaitu monosialogangliosida 3 (GM3) dan disialogangliosida (GD3).

Dalam penelitiannya, Dida menggunakan gangliosida dari lemak susu yang memiliki struktur kimia sama dengan gangliosida dari ASI namun kandungannya berbeda. “Gangliosida merupakan senyawa yang berperan dalam proses pembentukan struktur dan fungsi sinaps, terutama dalam enam bulan pertama kehidupan, untuk meningkatkan fungsi perkembangan kognitif,” jelasnya.

Dida yang juga menjabat Wakil Kepala Subbagian Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, meneliti dengan menggunakan studi murni pertama di Indonesia, yaitu metode double blind randomized clinical trial.

Sejumlah 59 bayi dibagi dua kelompok, yaitu 30 bayi diberi susu formula tanpa suplementasi gangliosida dan 29 bayi mendapat susu formula dengan gangliosida. Bersamaan dengan itu, 32 bayi dengan ASI eksklusif juga diteliti untuk mendapatkan baku emas.

Semua bayi dalam penelitian ini berusia 0–6 bulan. Pada masing-masing subjek dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan perkembangan menggunakan instrumen perkembangan Griffith, dan pemeriksaan kadar gangliosida serum.

Penelitian dilakukan pada rentang Mei 2008 sampai Februari 2009 di Puskesmas Garuda Bandung, Puskesmas Bojongsoang Kabupaten Bandung, Klinik Tumbuh Kembang RS Internasional Santosa Bandung,dan Fonterra Research Centre Palmerson North, Selandia Baru.

”Penelitian menunjukkan suplementasi gangliosida pada susu formula 530 μg/100 ml, berpengaruh terhadap fungsi perkembangan kognitif atau IQ total, melalui peningkatan IQ koordinasi tangan dan mata, serta IQ performa,” ujarnya seusai menjalani sidang di Gedung Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Jalan Dipatiukur, Kota Bandung, Senin (11/1).

Menurut Dida, pengaruh gangliosida pada susu formula itu menyerupai yang diakibatkan gangliosida alami pada ASI. ”IQ total bayi usia enam bulan yang diberi susu formula disuplementasi gangliosida menyerupai fungsi perkembangan kognitif bayi yang mendapat ASI eksklusif selama enam bulan. Terjadi kenaikan klasifikasi IQ dari rata-rata menjadi di atas rata-rata, sekitar 20 persen,” tandasnya.

Meski demikian, Dida menegaskan gangliosida saja tidak cukup untuk menyokong pertumbuhan dan perkembangan otak. Nutrisi mikro lain seperti protein, kolin, AA-DHA, seng, besi, tembaga, iodium, folat, dan vitamin A juga punya peran yang sama penting.

Nutrisi gangliosida secara alami juga dapat ditemui dalam ASI, daging, dan telur. Namun, gangliosida dalam ASI memiliki berbagai keunggulan, di antaranya mengandung kadar yang lebih tinggi serta dapat diserap dengan baik oleh pencernaan bayi.


Diketahui, berbagai penelitian menunjukkan tingginya manfaat ASI dalam meningkatkan fungsi kecerdasan bayi.Hal ini antara lain karena ASI mengandung gangliosida yang kadarnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan air susu sapi.

“Saat ini produk susu formula yang dipasarkan hanya mengandung gangliosida dalam kadar yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan ASI. Dalam penelitian mengenai pemberian suplementasi gangliosida dalam jumlah yang sama dengan ASI menunjukkan peningkatan fungsi kognitif pada bayi,” tegas Dida.

Penelitian Dida ini menjawab keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Minuman (BPOM) No HK.00.05.1.52.3572 tahun 2008 tentang Penambahan Gizi dan Nongizi Dalam Produk Pangan, yang melarang zat gangliosida dicantumkan dalam produk pangan karena dianggap berbahaya.

Dalam Pasal 5 disebutkan, siapa pun dilarang menambahkan zat gangliosida pada produk pangan, termasuk susu formula. Namun, dalam Pasal 7 disebutkan pula larangan ini dapat dipertimbangkan untuk dicabut apabila terbukti secara ilmiah penggunaannya aman dan bermanfaat. Ketika ditanya apakah dengan keluarnya penelitian ini maka surat keputusan Kepala BPOM sudah tidak relevan lagi, Dida menjawab hal itu bergantung pada yang membuat peraturan.

”Penelitian saya menjawab larangan gangliosida oleh BPOM, tapi keputusan bergantung pada yang membuat aturan,” katanya. Dia mengaku sudah menyampaikan hasil penelitiannya kepada BPOM untuk ditindaklanjuti, tapi sampai saat ini belum ada respons.

Dida mengatakan, dengan diketahuinya pengaruh suplementasi gangliosida pada susu formula terhadap kognitif bayi maka dapat dijadikan dasar untuk pemberian susu formula yang mengandung gangliosida, dan produsen susu formula dapat memproduksi susu formula yang mengandung kadar gangliosida menyerupai kadar gangliosida dengan harga terjangkau.

Namun, dia menegaskan pemberian ASI eksklusif hingga umur dua tahun tetap merupakan jalan paling ampuh guna mendukung daya kembang anak.Selain meningkatkan kesehatan dan kepandaian, anak juga lebih stabil dan memiliki perkembangan sosial yang baik.

”Hal itu bisa dilakukan bila seorang ibu punya kesempatan memberikan ASI langsung kepada anaknya. Bila dalam keadaan sakit atau berhalangan, biasanya kebiasaan memberikan ASI eksklusif dilupakan,” kata Dida.

Untuk meminimalkan kerugian akibat hilangnya asupan nutrisi, pemberian susu formula yang telah ditambah gangliosida bisa menjadi alternatif. Ke depan, dia berharap hasil penelitian ini dapat digunakan semua produsen susu formula. Adanya penambahan gangliosida pada susu formula bisa membantu ibu yang sudah atau yang belum menyusui ASI secara eksklusif.

Ketua Tim Promotor Disertasi Prof Dr dr H Ponpon Idjradinata SpA (K), yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, mengatakan bahwa hasil penelitian ini tidak mengajak kaum ibu untuk menghentikan ASI eksklusif. (lifestyle.okezone.com)

Ingin Hamil? Atur Waktu Ngeseks

KEINGINAN untuk kembali memiliki momongan sudah Anda rencanakan dengan pasangan. Anda harus mengetahui apa saja cara ampuh membuat pasangan hamil.

Bila Anda mencoba untuk hamil kembali, seks kilat yang sering kali dilakukan dengan pasangan tidak menjadi masalah. Namun, waktu berhubungan seks sebaiknya disesuaikan dengan masa subur wanita.

“Saya setuju bahwa seks kilat dan pengaturan waktu bercinta bisa menjadi jalan menuju proses kehamilan,” kata Aline Zoldbrod PhD, terapis seks dan penulis buku "Sex Talk”, seperti dikutip dari Redbookmag, Sabtu (16/1/2010).

Penggunaan kondom atau alat kontrasepsi lainnya pun harus segera dihentikan. Pasalnya, kondom menjadi alat pengaman seks yang cukup ampuh untuk menunda kehamilan. Sebagian pria senang memakai kondom ketika penetrasi. Alasannya, pria dapat menikmati ajang bercinta lebih optimal.

Kondom cocok digunakan bagi pasangan yang butuh alat kontrasepsi siap pakai atau sementara. Namun, tidak cocok bagi pria yang mengalami ejakulasi dini dan tidak cocok bagi pasutri yang ingin memiliki anak lagi.

“Bicarakan dengan dokter tentang metode kehamilan yang paling efektif untuk Anda,” tukas Aline. (lifestyle.okezone.com)