Rabu, Juli 28, 2010

Mitos & Fakta Seputar Sperma

TERDAPAT banyak mitos tentang sperma; ada yang memang benar, tapi banyak pula yang tidak benar. Tak sedikit wanita bertanya-tanya soal satu ini.

Kalau Anda tidak nyaman bertanya ke ginekolog, berikut beberapa mitos soal sperma, seperti dibahas Genius Beauty.

Sperma adalah zat kosmetik yang unik yang memiliki efek peremajaan pada tubuh.
Memang, sperma mengandung sejumlah besar komponen bermanfaat, yang menciptakan lingkungan nyaman untuk spermatozoon. Sayangnya, beberapa reaksi alergi bisa terjadi pada sebagian wanita.

Bisa menentukan kapan terakhir kali pria berhubungan seks lewat warna spermanya
Hal tersebut berlaku pada sebagian pria. Menguji sperma lewat warnanya secara praktis menentukan jumlah dan nilai konsentrasinya. Semakin banyak dan padat menandakan jumlah sperma yang cukup berpotensi. Tapi jangan lupakan bahwa mungkin warna spermanya kurang pekat karena ia baru saja bermasturbasi.

Rasa sperma tergantung makanan yang dikonsumsi.
Satu hal ini benar adanya. Memang, kita tak bisa menentukan makanan yang ia konsumsi sehari-hari. Namun setidaknya, Anda bisa menebak makanan manis atau pedas yang ia makan lewat rasa spermanya. Tapi sebenarnya, sperma memiliki cita rasa tersendiri, dan rasa ini sebagian dapat memblokir rasa lainnya.

Konsumsi alkohol memengaruhi konsistensi sperma
Tidak secara langsung. Potensi kesuburan pria akan menurun jika mengonsumsi alkohol secara teratur.

Menahan keinginan bercinta dapat meningkatkan kemampuan sperma.
Ya, tapi tidak harus berlebihan. Seorang pria tidak harus "menyimpan" spermanya selama lebih dari 7-10 hari yang pada akhirnya kinerja sperma bisa menurun. Berhubungan seks dua kali seminggu (saat hari-hari menjelang ovulasi) adalah strategi yang sempurna bila pasangan ingin merencanakan punya anak.

Kualitas sperma menurun seiring bertambahnya usia.
Ya, pada setiap aspek kualitas. Kemampuan untuk membuahi telur tetap, tapi probabilitasnya menurun.

Memakai pakaian ketat tidak sehat.
Celana dalam ketat mengurangi aliran darah ke testis sehingga membuat Mr P panas. Akibatnya, jumlah spermatozoon yang dilepaskan selama ejakulasi jauh lebih rendah. Karena itu, pria disarankan untuk memakai celana dalam longgar.
(ftr)