Sabtu, Mei 07, 2011

Liposuction Tak Efektif Turunkan Berat Badan

Obesitas bukan hanya menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan, penampilan pun ikut terpengaruh. Tak jarang banyak orang menempuh cara instan untuk menurunkan berat badannya, yakni dengan metode liposuction (sedot lemak).

Liposuction atau yang lebih dikenal dengan sedot lemak merupakan operasi bedah kosmetik yang menghilangkan lemak dari berbagai situs pada tubuh manusia.

Daerah yang terkena dapat berkisar dari paha perut, dan pantat, ke leher, belakang lengan dan di tempat lain. Semakin banyak lemak dihapus, semakin tinggi risiko bedah.

Walaupun liposuction banyak diminati berbagai kalangan, namun sebuah penelitian mengklaim bahwa metode ini tidak efektif menurunkan berat badan, karena dikemudian hari lemak akan timbul kembali.

Sebuah studi dilakukan oleh para peneliti dari Universitas of Colorado yang melibatkan 14 perempuan sehat menunjukkan lemak bisa kembali pada tempat yang sama, atau justru di tempat lain yang tidak diinginkan.

Dalam studi ini partisipan yang terlibat rata-rata berusia 40 tahun yang memiliki proporsi besar lemak di jaringan adiposa. Dalam prosedur ini lemak yang disedot rata-rata 2,1% dari tubuhnya.

Setelah melakukan sedot lemak, maka peneliti mengukur perubahan di dalam tubuh partisipan saat enam minggu, enam bulan dan satu tahun dengan menggunakan MRI serta scan X-ray.

Hasil yang didapatkan setelah satu tahun melakukan liposuction adalah jaringan adiposa muncul kembali di daerah perut sebagai lemak subkutan (tepat di bawah kulit) dan lemak visceral (dalam) di sekitar perut. Kondisi ini terlepas dari apakah perut menjadi sasaran sedot lemak atau tidak.

Para peneliti juga berkesimpulan mekanisme di balik terjadinya penumpukan kembali massa di jaringan adiposa memang masih belum pasti, tapi hal ini menjadi sesuatu yang sangat menarik.

Hasil temuan ini dipublikasikan secara online dan cetak dalam jurnal Obesity, seperti dikutip dari LATimes.

Dalam teknik sedot lemak, tidak semua lemak di dalam tubuh diambil tapi hanya di bagian tertentu saja. Lemak-lemak yang letaknya berada jauh di dalam rongga perut tidak bisa dihilangkan hanya dengan sedot lemak.

Sedot lemak sebaiknya menjadi pilihan terakhir jika cara yang lain sudah tidak membuahkan hasil karena teknik ini membutuhkan perawatan sulit dan tidak murah, serta harus dilakukan oleh ahli bedah yang berkompeten untuk mengurangi efek samping yang mungkin timbul. [mor]

Ingin Aman Vaksin HPV? Ini Tipsnya!

Sejak diluncurkan pada 29 juni 2006, vaksinasi Human Papillona Virus (HPV) diperlakukan bak primadona hampir di seluruh dunia.

Kehadirannya dianggap sebagai malaikat penyelamat yang dipercaya mampu menghindarkan kaum perempuan dari sang pembunuh, yakni kanker leher rahin (serviks).

Beberapa negara di dunia bahkan menyebutnya secara istimewa dengan menjadikan vaksinasi HPV sebagai program pemerintah. Sasaran utamanya adalah anak-anak dan remaja usia 9-25 tahun atau yang belum pernah melakukan hubungan seksual. Ini bertujuan agar kelak saat mereka aktif secara seksual, tubuhnya sudah terlindungi.

Namun beberapa penelitian menunjukkan vaksinasi pada perempuan yang telah terinfeksi tipe 16 dan 18 terhitung tidak efektif terlindungi jika pemberiannya tidak melalui prosedur yang berlaku dan aman, misalnya tetap melakukan pap smear atau IVA secara teratur pasca vaksinasi.

Nah, agar benar-benar aman dan efektif, ada baiknya Anda memperhatikan beberapa hal berikut sebelum vaksin.
Tes pap smear atau IVA
Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia menyarankan ada hasil tes pap smear atau IVA sebelum vaksinasi. Bila hasil tes negatif atai tidak ditemukan sel-sel yang abnormal, vaksinasi bisa diberikan. Sementara perempuan yang belum pernah menikah cukup melakukan konseling pada dokter.

Jangan vaksin, bila hamil
Vaksinasi tidak boleh diberikan pada wanita hamil dan belum direkomendasikan pada ibu menyusui. Pada ibu hamil, vaksinasi dapat diberikan setelah persalinan.

Sementara perempuan yang memiliki riwayat alergi atau hipersensitif dengan komponen vaksin, perlu konsultasi lebih lanjut dengan dokter. Seperti vaksin yang lain, vaksin HPV pun sebaliknya dilakukan saat tubuh berada dalam kondisi prima.

Amati reaksi
Konsultan onkologi ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr Laila Nuranna PhD menjelaskan efek samping vaksin yang wajar adalah rasa pegal di area yang disuntik.

"Itu bukan efek dari vaksinnya, melainkan lebih disebabkan oleh adjuvant di dalamnya. Agar reaksi vaksin bisa diamati, setelah divaksin, pasien disarankan tidak langsung berdiri, tetapi duduk selama 15 menit terlebih dahulu. Hal ini juga bermanfaat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan," jelas Laila.

Patuhi jadwal
Vaksin HPV diberikan sebanyak tiga kali dalam satu seri, yaitu bulan ke 0 (saat pertama kali suntik), bulan pertama dan bulan keenam. Tujuannya agar vaksin mampu mengenali si virus, bila sewaktu-waktu tubuh kita terinfeksi. Daya tahan vaksin bivalen mencapai lima bulan, sementara kuadrivalen sekitar 36 bulan. [mor]

Ini Dia Fakta dan Mitos Seputar Seks Pria

Banyak sekali informasi seputar seksualitas pria yang berkembang di masyarakat. Informasi itu tersebar secara berantai tanpa jelas asal mulanya, yang pada akhirnya dianggap sebagai satu pembenaran.

Berikut beberapa fakta dan mitos tentang seks pria:

Hidung Besar, Kaki Besar = Kelamin Besar
Kesemua itu tak ada hubungan dengan besar kecilnya kelamin pria. Toh, kenikmatan yang didapat tak diukur dengan besar kecilnya kelamin pria.

Pria Asia Memiliki Kelamin Paling Kecil
Pria Afrika-Amerika memiliki ukuran kelamin terbesar di bandingkan dengan pria Kaukasian. Sedangkan pria Asia memiliki ukuran kelamin terkecil.

Pria Botak Lebih Kuat di Ranjang
Testosteron sangat berhubungan dengan kerusakan rambut, bisa dikatakan semakin sedikit rambut yang tumbuh semakin banyak pula testosteron yang dihasilkan. Testosteron inilah yang memacu hasrat seksual pria.

Pria Bertahan hingga 40 menit
Pria mampu bertahan selama 40 menit saat ereksi hingga klimaks. Sedangkan perempuan hanya mampu bertahan 20 menit dari oral seks hingga klimaks.

Pria Mengalami Ereksi 10 kali sehari
Rata-rata pria hanya mampu ereksi sebanyak 5-7 kali per hari dan sayangnya lebih banyak saat mereka sedang tidur.

Seks itu Sehat
Saat Anda melakukan seks bersama pasangan, bukan hanya membakar kalori tetapi juga menambah protein. Saat ejakulasi, banyak protein yang dilepaskan dan disalurkan ke dalam tubuh pasangan masing-masing.