Senin, Agustus 30, 2010

Orgasme, Bikin Kulit Bercahaya

ORGASME, membuat darah mengalir lebih kencang ke sekujur tubuh. Proses ini membuat kulit bercahaya, menyempurnakan metabolisme tubuh, dan menyembuhkan kejang perut akibat menstruasi. Secara emosional, orgasme juga membuat kita lebih rileks dan tak cepat marah.

Dalam sebuah survei, 34 persen wanita berharap agar pasangannya mencapai the big O, wanita berharap agar pasangannya mencapai orgasme dalam bercinta. Sedangkan 50 persen berharap, mereka pun mencapai orgasme. Demikian yang dinukil dari Seni Menikmati Seks karya Andreas Lee Tan.

Wanita pun mengalami mimpi basah

Sekira 40 persen pria mengakui bahwa wanita berpura-pura orgasme. Sekira 40 persen lainnya tidak yakin akan hal itu, sisanya memastikan bahwa pasangan mereka tidak pernah mengalaminya. Jangan salah, 92 persen wanita mengakui bahwa mereka setidaknya pernah satu kali berakting pura-pura mengalami orgasme saat bercinta.

Orgasme secara berbarengan dianggap suatu kaharusan bagi 25 persen pria dan 14 persen wanita.

Pola 3-2-1 sering diterapkan untuk bercinta: tiga menit untuk forerplay, dua menit untuk bercinta, dan satu menit untuk orgasme. Tapi orgasmenya buat dia, bukan Anda!

Para ahli memperkirakan sekira 10-15 persen wanita tidak pernah orgasme selama bercinta atau bermasturbasi. Persentase yang sama mencapai orgasme melalui masturbasi.

Berkaitan dengan orgasme, sebanyak 75 persen wanita menilai foreplay lebih penting ketimbang hubungan seksual. Padahal pemanasan yang cukup akan memungkinkan orgasme yang lebih intens.(nsa)

Ayam Ungkep Bakar

Bisa disantap dengan lalap atau selada sayuran.

Bahan-bahan:
- 1 ekor ayam buras, potong 4 bagian
- 1 lembar daun salam
- 2 lembar daun jeruk purut
- 1 liter air kelapa
- 1 sendok makan margarin, lelehkan

Haluskan:
- 5 butir bawang merah
- 3 siung bawang putih
- 2 butir kemiri
- 1 sendok teh merica butiran
- 1 sendok teh ketumbar
- 1/4 sendok teh jintan
- ½ sendok teh terasi goreng
- 1 sendok teh garam
- 1 sendok teh gula pasir

Cara membuat:
- Cuci ayam hingga bersih, tiriskan.
- Didihkan air kelapa bersama bumbu halus, daun jeruk, dan daun salam.
- Masukkan potongan ayam. Masak dengan api kecil hingga bumbu meresap dan ayam lunak. Angkat ayam. Dinginkan.
- Bakar di atas bara api sambil olesi margarin cair dan balik-balik hingga kering dan kecokelatan kedua sisinya.
- Angkat. Sajikan hangat dengan lalap sayuran. [mor]

Menyusui Mampu Tangkal Diabetes

SEGUDANG manfaat pemberian ASI pada bayi baru lahir sudah lama dibahas. Penelitian terbaru menunjukkan, satu lagi keuntungan yang didapat sang ibu jika menyusui adalah mengurangi risiko terjangkit diabetes.

Air susu ibu (ASI) adalah satu-satunya “makanan” terbaik untuk bayi saat awal-awal pertumbuhannya. Sayangnya, banyak ibu khawatir bahwa ASI saja tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi sang bayi. Padahal, berbagai ahli telah lama sepakat bahwa ASI memiliki segudang manfaat positif, terutama bagi kesehatan si bayi.

Tidak hanya untuk si bayi, bahkan sang ibu yang menyusui anaknya juga mendapatkan keuntungan lebih jika melakukan hal tersebut. Penelitian terbaru menunjukkan, ibu yang menyusui selama satu bulan atau lebih akan mengurangi risiko terkena penyakit diabetes di kemudian hari.

Menurut peneliti studi tersebut, Eleanor Bimla Schwarz MD, seorang asisten profesor bidang kedokteran di University of Pittsburgh School of Medicine, Amerika Serikat, memang hubungan antara pemberian ASI dan risiko diabetes telah dibahas dalam penelitian sebelumnya. Namun, studi terbaru ini menguatkan hal tersebut. ”Ibu yang pernah menyusui jauh lebih rendah risikonya untuk terserang diabetes,” kata Schwarz kepada webmd.com.

“Sementara ibu yang tidak pernah menyusui anaknya memiliki hampir dua kali lipat risiko terkena diabetes,” ungkap dia.

Studi ini dipublikasikan dalam jurnal The American Journal of Medicine. Penelitian ini sendiri didanai oleh National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases dan National Institute of Child Health and Development.

Schwarz dan rekan-rekannya mengamati data yang dikumpulkan dalam penelitian lain mengenai faktor-faktor risiko inkontinensia (mengompol), mengevaluasi informasi studi tentang praktik pemberian ASI, dan bagaimana nantinya wanita dapat menderita diabetes. Partisipan yang mengikuti studi ini berusia 40 hingga 78 tahun dan anggota dari organisasi perawatan kesehatan terbesar di California.

Para peneliti mengevaluasi data dari sekitar 2.233 wanita. Dari mereka, 405 orang belum jadi ibu, 1.125 adalah ibu yang menyusui setidaknya sebulan, dan 703 sisanya adalah ibu yang tidak pernah menyusui. Hasilnya, risiko mendapatkan diagnosis diabetes tipe 2 untuk wanita yang menyusui anak-anak mereka selama satu bulan atau lebih, mirip dengan wanita yang belum melahirkan.

Namun, ibu yang tidak pernah menyusui anaknya hampir dua kali lebih memiliki kemungkinan untuk mendapatkan diabetes dibanding wanita yang belum pernah melahirkan. Sementara, ibu yang tidak pernah memberikan ASI eksklusif, sekitar 1,4 kali lebih mungkin untuk menderita diabetes dibanding wanita yang menyusui secara eksklusif selama satu sampai tiga bulan.

Jadi, risiko terkena diabetes terbesar yang didapat dari hasil kesimpulan studi ini yaitu 17,5 persen perempuan yang belum melahirkan, 17 persen wanita yang menyusui anak-anak mereka selama satu bulan atau lebih, 20,3 persen dari wanita yang menyusui selama satu bulan atau lebih, tetapi tidak untuk semua anaknya dan paling tinggi adalah 26,7 persen yaitu ibu yang tidak menyusui.

Kegemukan dan obesitas adalah penyakit paling umum yang diderita oleh para partisipan, 68 persen di antaranya memiliki indeks massa tubuh (body mass index/BMI) 25 atau lebih, yang dianggap melebihi batas berat badan yang ideal. Hubungan antara menyusui dan diabetes, ungkap Schwarz, diketahui setelah mengendalikan faktor lainnya seperti berat badan, aktivitas fisik, dan sejarah keluarga diabetes.

Dia menuturkan, bahkan menyusui dalam satu bulan tampaknya membuat perbedaan besar dalam diri si ibu. Kalaupun lebih lama, itu lebih baik. ”Penelitian sebelumnya menunjukkan, semakin lama Anda menyusui, manfaat bagi tubuh Anda bertambah,” ujar Schwarz. Banyak ahli rekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dan selanjutnya dilengkapi dengan makanan pendamping selama setahun.

“Jelas sulit bagi ibu untuk selalu menyusui di dalam lingkungan kerja mereka,” ujar Schwarz. Kata Schwarz, hubungan antara menyusui dan diabetes kemungkinan disebabkan oleh lemak di perut. Ibu yang tidak menyusui, karena pengaruh usia juga, memiliki lemak perut yang lebih banyak. Dengan menyusui, ditengarai membantu ibu mengurangi berat badan.

”Lemak di perut meningkatkan risiko diabetes saat usia bertambah,” kata Schwarz. Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa menyusui dapat meningkatkan sensitivitas terhadap insulin, yang pada gilirannya mengurangi risiko diabetes. Tetapi itu mungkin kejadian jangka pendek, saat menyusui itu terjadi. ”Masalah sebenarnya mungkin karena lemak di perut,” ujar Schwarz.

Kimberly D Gregory MD MPH, Wakil Kepala Pusat Kesehatan Perempuan dan Peningkatan Kinerja di Cedars-Sinai Medical Center, Los Angeles, Amerika Serikat, mengemukakan bahwa temuan terbaru mengenai pemberian ASI dapat menurunkan risiko diabetes memang tidak mengherankan sama sekali.

Dia sering menasihati wanita yang menderita diabetes gestasional (terjadi selama kehamilan) bahwa mereka berada dalam bahaya untuk kemudian mendapatkan diabetes tipe 2 dan menyarankan mereka untuk menyusui. Menurut Gregory, hasil studi ini mungkin akan memberikan inspirasi dirinya untuk menambah informasi kepada para wanita tentang manfaat lebih menyusui.

Gregory yang juga seorang profesor kebidanan dan ginekologi di University of California, Los Angeles School of Public Health, Los Angeles, Amerika Serikat, mengaku akan lebih memfokuskan diri dalam memberikan pengetahuan manfaat ASI kepada bayi ke depannya.

”Saya pikir itu akan membuat saya berkata kepada para wanita bahwa menyusui akan membantu menurunkan berat badan lebih cepat dan mungkin dapat mengurangi kemungkinan Anda menjadi diabetes di kemudian hari,” ujar Gregory.
(Koran SI/Koran SI/tty)