Selasa, September 08, 2009

Tanggapi Keinginan Anak, Ciptakan Kecerdasan

MENURUTI keinginan si buah hati Anda tak selamanya berdampak buruk. Selama masih dalam koridor positif, apa yang Anda lakukan tersebut ternyata bisa merangsang kecerdasan si kecil.

Berbicara soal kecerdasan anak seolah tidak ada habisnya. Ini adalah salah satu topik yang paling sering dibahas. Untuk merangsang kecerdasan pun bisa dilakukan dengan banyak cara. Psikolog anak, Roslina Verauli MPsi, mengatakan bahwa untuk merangsang kecerdasan anak, orangtua hanya perlu memastikan sudah seberapa jauh peduli dan mampu menghargai setiap kemampuan yang dimiliki anak.

"Dengan memahami status perkembangan yang normal pada bayi dan balita, orangtua dapat mendeteksi dan mengukur sampai sejauh mana perkembangan kemampuan anaknya sendiri," ujarnya.

Verauli menuturkan, bila anak mampu menunjukkan kemampuan yang melebihi anak seusianya, dapat dikatakan bahwa dia memiliki kapasitas belajar yang baik alias cerdas.

Sementara bila anak menunjukkan keterlambatan, orangtua diharapkan lebih waspada dan berhati-hati dalam memahami setiap respons yang ditampilkan anak. Ketahuilah apakah keterlambatan hanya disebabkan keterlambatan biasa mengingat setiap anak memiliki milestone yang berbeda, atau karena kurang stimulasi, atau juga ada faktor lain yang menghambat, seperti adanya gangguan-gangguan perkembangan.

Oleh sebab itu, jeli pada potensi dan bakat anak dengan cara menyuguhkan berbagai rangsangan melalui kegiatan yang bervariasi dan menyuguhkan sarana atau prasarana bisa dilakukan untuk mengetahui kecerdasannya.

"Jika sudah terlihat, segera tanggapi, kemudian biarkan anak fokus pada apa yang diminati selama itu positif dan orangtua cukup mengawasi dan memberi dukungan pada anak," tutur Verauli.

Menurut dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta dr Soedjatmiko SpA(K) Msi, masa tiga tahun pertama balita merupakan masa emas pertumbuhan otak (golden years period). Jika sewaktu lahir otak balita sudah sebesar 25 persen dari otak orang dewasa (sekitar 350 gram), pada usia 18 bulan otak anak berkembang dua kali lipatnya. Kemampuan otak anak sangat luar biasa.

Hingga usia enam tahun, di mana besarnya otak sudah mencapai 90 persen ukuran orang dewasa, maka anak benar-benar berada dalam masa emas untuk mengembangkan kecerdasannya. "Orangtua yang cerdas tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini dengan memberikan stimulasi optimal," ucap dokter yang mengambil Magister Sains Psikologi Perkembangan, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia.

Dalam masa golden years period ini, anak-anak usia 4 bulan sampai 3 tahun juga memiliki rasa ingin tahu yang luar biasa besar. Yang mengejutkan dan perlu diketahui, bahwa rasa ingin tahu seorang anak periode ini tidak pernah terulang lagi pada periode mana pun dalam hidupnya.

"Ajari buah hati Anda, beri 'pendidikan' sedini mungkin, sehingga sel-sel otak bisa berkembang optimal," tandasnya.

Lakukan perangsangan setiap hari pada semua sistem indera balita (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan), gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, merangsang pikiran dan perasaan dengan suasana bermain yang menyenangkan dan penuh kasih sayang.

Sama halnya yang dikatakan Verauli. Soedjatmiko juga menyarankan untuk menjadikan anak cerdas, bisa dengan menanggapi keinginan anak. "Dalam mengembangkan kecerdasannya, tanggapi perilaku bayi sesuai keinginan bayi. Misal jika saat ibu bermain dengan bayi dan bayi mengamati mainan, maka ambil dan berikan pada bayi," papar dokter yang juga tergabung ke dalam Tim Pusat PAUD (Pengembangan Anak Usia Dini).

Soedjatmiko mengatakan, dari apa yang diamati anak, berarti ada yang ingin diketahui olehnya, dan saat anak mendapatkannya, dia akan "mengeksplorasi" dengan sendirinya benda tersebut. Stimulasi mempunyai banyak fungsi, di antaranya diperlukan untuk mendorong terjadinya hubungan antarsel otak bayi yang belum terhubung secara sempurna.

Kekuatan dan jumlah hubungan baru antarsel syaraf tersebut menjadi dasar untuk memori pada manusia, yang kelak akan membantu proses belajarnya menjadi semakin cepat. Tanpa stimulasi, otak bayi menjadi tidak terolah. Akibatnya, jaringan syaraf (sinaps) yang jarang atau tidak terpakai akan musnah.

Dan karena itulah, pentingnya pemberian stimulasi secara rutin, karena setiap kali anak berpikir atau memfungsikan otaknya maka akan terbentuk sinaps baru untuk merespons stimulasi tersebut, sehingga stimulasi terus menerus akan memperkuat sinaps yang lama dan otomatis membuat fungsi otak akan makin baik.

Soedjatmiko pun menjelaskan bahwa Floor Time menjadi istilah yang digunakan untuk kegiatan pemberian stimulasi pada anak. Stimulasi bermain interaktif ini menggunakan waktu 30 menit setiap hari. Metode yang dilakukan adalah dengan cara fokus penuh pada keinginan bayi/anak.

"Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, bahwa apa yang dimainkan anak adalah inisiatif dari anak dan berdasarkan keinginan anak," tuturnya saat menjadi pembicara dalam acara yang diselenggarakan Frisian Flag Indonesia, bekerja sama dengan Tabloid Nakita di JHCC, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Tujuan Floor Time adalah untuk mengembangkan kepercayaan diri pada anak. Biarkan anak berimajinasi, dan biarkan dia yang memimpin permainannya. Dan untuk orangtua, sebaiknya selesaikan tugas rumah tangga dulu, matikan televisi atau radio. (Sumber: lifestyle.okezone.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar