Selasa, Januari 19, 2010

Kesadaran Cegah Kanker Payudara Masih Rendah

Kesadaran perempuan dalam proses deteksi, pencegahan, dan penanganan dini kanker payudara masih rendah, sehingga mereka mengetahui terkena penyakit itu saat telah memasuki stadium lanjut.

"Akibatnya, penanganan yang dilakukan kadang sudah terlambat," kata peneliti dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Indah Fatmawati saat menyampaikan hasil penelitiannya tentang kanker payudara di Yogyakarta, Minggu (17/1).

Oleh karena itu, menurut dia, diagnosis dini sangat diperlukan karena kanker payudara lebih mudah diobati dan bisa disembuhan jika masih dalam stadium dini.

Ia mengatakan fenomena yang ada selama ini adalah perempuan enggan memeriksakan dirinya jika merasakan ada gejala aneh terjadi pada payudaranya. Keengganan itu muncul karena kekhawatiran apabila memang dirinya terkena penyakit kanker payudara. Padahal, menurut dia, semakin dini memeriksakan diri, penanganan kanker payudara dapat lebih cepat dilakukan.

Ia mengatakan keengganan untuk memeriksakan diri tersebut sebenarnya dapat diatasi dengan komunikasi persuasif yang baik. Komunikasi persuasif itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya melalui media massa dan penyuluhan oleh dokter atau guru.

"Ibu atau saudara perempuan yang lebih tua juga dapat menjadi sarana utama dalam proses penyampaian pesan tersebut," katanya.

Untuk itu, menurut dia, remaja perempuan harus disadarkan untuk terus melakukan proses pemeriksaan payudara sendiri (sadari) secara rutin.

Dalam mengomunikasikan pesan itu, framing pesan sangat berpengaruh dalam upaya mempersuasi remaja perempuan dalam deteksi dini kanker payudara.

Ia mengatakan dalam pesan tersebut harus disampaikan bahwa meskipun risiko terkena kanker payudara cukup besar pada usia 35 tahun ke atas, tidak tertutup kemungkinan usia remaja juga dapat terkena penyakit ini. Dengan demikian, para remaja merasa memiliki keterlibatan dalam pesan tersebut, sehingga akan lebih berpengaruh.

"Dalam kasus itu, framing negatif lebih efektif dibanding framing positif. Framing negatif adalah penyampaian pesan yang lebih menekankan pada aspek risiko, sedangkan framing positif lebih menekankan pada aspek kemanfaatan atau kegunaan," katanya.

Risiko perempuan menderita kanker payudara memang sangat tinggi. Bahkan perempuan disebut-sebut 100 kali lebih rentan terkena kanker payudara daripada laki-laki.

Menurut Ketua Yayasan Kanker Indonesia Sri Suharti, belum diketahui pasti mengenai penyebab kanker payudara. Yang jauh lebih penting diketahui adalah bagaimana seseorang rentan kena kanker payudara.

"Faktor yang tak bisa dihindari misalnya usia dan riwayat keluarga," ujar Sri.

Sri menyarankan, perlu dilakukan pemeriksaan rutin payudara. Pemeriksaan terbaik adalah ketika hormon estrogen tidak tinggi atau 10 hari atau seminggu setelah mensnya bersih.

"Seluruh bagian payudara diperiksa diraba, dari tengah ke pinggir atau sebaliknya, apakah ada struktur yang berubah. Dari pinggir ke tengah dilakukan pencet puting ada nggak cairan. Bercermin di kamar mandi lihat ada atau tidak bagian menonjol atau seperti lesung pipit," ujarnya.

Kanker payudara adalah pembunuh perempuan nomor dua di dunia. Tapi bukan berarti tidak dapat disembuhkan. Kanker payudara bisa sembuh total bila segera diobati pada stadium satu atau sekitar 95%. [www.inilah.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar