Kamis, Agustus 26, 2010

Bumil Minum Soft Drink, Bayi Berisiko Prematur

MEMINUM satu atau lebih minuman dengan pemanis buatan ataupun minuman diet berkarbonisasi (soft drink) setiap hari meningkatkan kemungkinan kelahiran prematur pada wanita hamil? Sebuah studi baru dari Denmark menunjukkan hubungan keduanya.

Para peneliti mengamati kebiasaan mengonsumsi minuman ringan pada hampir 60.000 wanita Denmark dalam sebuah studi bertaraf nasional selama periode 1996-2002. Para peneliti menemukan hubungan antara asupan soft drink dan pada tingkat yang lebih rendah, minuman diet non-karbonasi dengan proses melahirkan lebih awal. Para peneliti mendefinisikan prematur sebagai kelahiran yang terjadi sebelum usia 37 minggu.

Studi ini sendiri telah diterbitkan secara online dan dalam edisi cetak di American Journal of Clinical Nutrition pada September nanti.

Laporan studi
Dalam laporannya, para peneliti menyimpulkan, "Asupan harian minuman ringan dengan pemanis buatan dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur."

Para ibu hamil penikmat minuman ringan tersebut dibagi dalam beberapa kategori, tergantung pada kebiasaan minumnya, yakni mereka yang tidak pernah minum atau mereka yang minum kurang dari satu kemasan (kaleng ataupun karton) per pekan, 1-6 kemasan per pekan, satu kemasan per hari, 2-3 kemasan per hari, dan 4 atau lebih kemasan per hari.

Secara keseluruhan, sebanyak 4,6 persen wanita yang melahirkan lebih awal mengonsumi minuman ringan setiap hari, dan sepertiga di antaranya melahirkan dengan induksi. Selanjutnya, wanita yang mengonsumsi empat atau lebih minuman dengan pemanis buatan setiap hari, sebanyak 78 persen lebih kemungkinan untuk melahirkan prematur daripada wanita yang tidak pernah minum minuman tersebut. Dan, mereka yang minum empat atau lebih minuman diet nonkarbonasi setiap hari, sebanyak 29 persen lebih kemungkin melahirkan bayi prematur. Sementara, mereka yang mengonsumsi satu atau lebih minuman diet berkarbonasi setiap hari, sebanyak 38 persen lebih kemungkin melahirkan prematur. Demikian seperti okezone lansir dari Health24, Rabu (25/8/2010).

Minuman ringan terkait dengan tekanan darah tinggi
Mengapa minuman diet, terutama dikaitkan dengan kelahiran prematur belum diketahui, tetapi para peneliti berspekulasi bahwa hubungan tersebut mungkin didorong oleh gangguan tekanan darah tinggi pada kehamilan. Dalam sebuah pernyataan, Beth Hubrich dari Calorie Control Council menyatakan, "Sebagai seorang ahli diet (dan ibu), saya sangat prihatin bahwa informasi ini belum menjadi alarm bagi ibu hamil. Mayoritas literatur ilmiah menunjukkan bahwa pemanis rendah kalori aman digunakan oleh ibu hamil."

Penelitian ini sedikit mendapatkan tantangan karena tidak membuktikan sebab-akibat, seperti disampaikan Maureen Story, wakil presiden senior untuk kebijakan sains pada American Beverage Association.

“Para penulis sendiri mengakui kenyataan bahwa temuan mereka tidak dapat menunjukkan sebab-akibat," katanya dalam sebuah pernyataan.

Namun para ahli lainnya mengatakan bahwa wanita hamil mungkin ingin mengambil manfaat dari hasil studi tersebut.

Studi untuk membantu pencegahan bayi lahir prematur

Dalam sebuah pernyataan, Shelley McGuire dari American Society of Nutrition mengatakan bahwa temuan "mungkin benar-benar penting dalam rangka pencegahan kelahiran prematur, terutama bagi mereka yang secara medis (melahirkan prematur) disebabkan oleh penyedia perawatan kesehatan wanita."

Sebagai gantinya, Shelly menyarankan wanita hamil untuk mengonsumsi air, jus, dan susu.

"Wanita hamil harus makan dengan cerdas dan pastikan bahwa sebagian besar pilihan mereka adalah makanan sehat,” kata Dr Alan R Fleischman, direktur medis March of Dimes dalam sebuah pernyataan.

"Minuman dengan pemanis buatan tidak termasuk dalam daftar makanan sehat. Seperti ditegaskan peneliti, bahwa penelitian tambahan diperlukan untuk memahami dampak dari minuman tersebut pada kehamilan dan perkembangan janin. Hingga hal ini menjadi jelas, adalah bijaksana bagi wanita hamil untuk minum minuman soda dengan pemanis buatan secara moderat. Mereka juga harus membicarakannya dengan dokter soal risiko, tanda-tanda, dan gejala persalinan prematur," jelasnya.(ftr)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar