Kamis, November 19, 2009

Tepat Ajari Anak Berbakat

BUAH HATI Anda pintar dan berbakat, tapi memiliki sifat cepat bosan? Karakter tersebut mungkin membuat Anda bingung menghadapinya. Bagaimana mengatasinya?

Andy, 8, tidak pernah merasa kesulitan dalam belajar. Hampir semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, bisa diterimanya dengan baik. Bahkan, Andy selalu mendapatkan nilai di atas standar rata-rata yang umumnya didapatkan teman-temannya. Bukan itu saja, Andy juga terlihat menonjol dalam kegiatan lainnya seperti pendidikan olahraga, keterampilan bahkan kesenian, bisa dikuasainya dengan mudah. Bahkan, pada pelajaran olahraga, Andy menguasai banyak cabang olahraga yang diajarkan, misalnya sepak bola, bulu tangkis, dan basket.

Kemampuan Andy dalam belajar itu tentu menggembirakan bagi kedua orangtuanya. Namun, dari sekian banyak pelajaran dan kegiatan fisik Andy, yang sedikit mengkhawatirkan bagi orangtua Andy adalah si buah hati mereka selalu lebih cepat bosan dalam satu mata pelajaran, juga permainan. Terkadang di tengah pelajaran, Andy menjadi sangat bosan dan mulai gelisah. Jika sudah begitu, biasanya Andy mulai mengganggu teman-temannya. Bahkan, sering Andy mendapatkan hukuman untuk berdiri di depan kelas karena mengganggu temannya. Misalnya ketika dia membuat Rani menangis.

Sebagai orangtua, tentu seharusnya paham bagaimana karakter anaknya masing-masing. Dalam dunia psikologi anak, Andy dianggap sebagai anak berbakat yang memiliki karakteristik kepribadian yang unik. Umumnya mereka memiliki minat yang kuat terhadap berbagai bidang. Sangat tertarik terhadap berbagai persoalan moral dan etika. Sangat otonom dalam membuat keputusan dan menentukan tindakan.

Sejumlah karakteristik yang unik ini jika tidak dipahami dengan benar oleh orangtua, maka akan menimbulkan persepsi seolah-olah anak berbakat adalah individu yang keras kepala, tidak mau kompromi, bahkan ada yang secara ekstrem menilai anak berbakat rendah sikap sosialnya.

Mempertimbangkan keunikan karakteristik kepribadian anak berbakat, maka diperlukan cara-cara khusus dalam mengelola atau memfasilitasi kegiatan belajar anak berbakat tersebut.

Sikapnya yang otonom dipadu dengan komitmen yang tinggi dan minatnya terhadap banyak aspek kehidupan serta nilai-nilai moral, maka wajar jika anak berbakat memiliki perilaku belajar yang berbeda dengan anak umum.

"Dalam belajar, anak-anak berbakat memiliki self regulated yang kuat dan positif untuk menunjang keberhasilannya. Mereka mampu menentukan sendiri tujuan belajarnya, mampu menumbuhkan rasa mampu diri (selfefficacy) untuk meraih target yang hendak dicapai, penataan lingkungan untuk menopang pencapaian target, menentukan sendiri bagaimana mendapatkan social support agar dapat sukses," kata psikolog anak alumni Universitas Indonesia (UI), Dr Amy Widyati.

Lebih lanjut ditambahkannya, hal inilah yang membedakan anak berbakat dengan anak-anak biasa. Kemampuan belajar anak berbakat dapat terus dikembangkan dengan proses pembelajaran yang dikelola lebih bersifat konstruktivistik, memberi ruang bagi tumbuhnya kemampuan berpikir kreatif dan kritis, dan mampu menyulut kehidupan emosional siswa.

Untuk itu, maka sangat direkomendasikan penggunaan berbagai model pembelajaran yang lebih kaya dengan muatan kecerdasan emosional, mengasah daya kreatif dan kritis.

"Masih sangat sedikit yang memberikan perhatian terhadap masalah bagaimana perilaku belajar anak-anak berbakat. Karena itu, mereka berubah menjadi anak-anak yang egois dan cenderung nakal," kata dia.

Anak berbakat umumnya lebih independen, lebih dominan, lebih kuat dan lebih kompetitif dibanding anak-anak umum. Anak berbakat sering menunjukkan kemampuan memimpin (leadership) dan memiliki keterlibatan yang intens dalam komunitas bidang minat tertentu, memiliki keterlibatan terhadap persoalan-persoalan universal. Anak-anak berbakat memiliki kepekaan terhadap isu-isu moralitas dan keadilan lebih dini dibanding teman sebayanya.
(lifestyle.okezone.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar