Senin, November 09, 2009

Bumil Merokok, Anak Hiperaktif

KEHAMILAN berkualitas diindikasikan dari kesehatan fisik dan mental ibu beserta janinnya, serta saat bayi dilahirkan dan kehidupannya kelak. Untuk itu jalani gaya hidup sehat dan jauhi rokok.

"Merokok Dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung, Impotensi, dan Gangguan Kehamilan dan Janin". Anda tentu sudah familier dengan peringatan pemerintah yang lazim tercantum dalam kemasan rokok ataupun iklan rokok ini.

Kehamilan adalah suatu anugerah yang harus dijaga sebaik mungkin dengan memerhatikan berbagai faktor yang dapat memengaruhi kehamilan, salah satunya dengan menjauhkan diri dari paparan rokok (baik sebagai perokok aktif maupun pasif).

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa wanita hamil yang merokok berisiko lebih tinggi mengalami keguguran, kelahiran prematur, dan anak dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Baru-baru ini, sebuah studi skala besar di Inggris juga mengungkapkan bahwa wanita yang merokok kala hamil berisiko melahirkan anak yang hiperaktif atau menderita gangguan konsentrasi dan kesulitan menaruh perhatian saat mereka berusia 3 tahun (prasekolah).

Penelitian sebelumnya juga pernah melaporkan adanya risiko cukup signifikan pada anak lakilaki usia sekolah. Nah, studi terbaru ini merupakan yang pertama menghubungkan kebiasaan merokok semasa hamil dengan masalah pada anak laki-laki dan perempuan usia 3 tahun. Untuk keperluan studi ini, tim peneliti dari University of York, Hull-York Medical School, menganalisa sekitar 13.000 anak laki-laki dan perempuan usia 3 tahun dalam studi yang disebut UK Millennium Cohort Study.

Perilaku anak diobservasi melalui sejumlah pertanyaan yang diajukan pada orangtua, guru, maupun pengasuhnya. Antara lain masalah gangguan hiperaktif dan gangguan perhatian, misalnya seberapa mudah si anak terpecah konsentrasi atau perhatiannya. Indikator lainnya adalah menunjukkan perilaku tantrum, berkelahi atau menjahili anak lainnya, serta perilaku negatif seperti mencuri, berbohong, dan mencontek.

Peneliti juga mempertimbangkan faktor-faktor lainnya yang sekiranya berpengaruh. Misalnya status ekonomi keluarga, jenjang pendidikan orangtua, suku, status pernikahan orangtua, kesulitan keuangan, serta perilaku merokok, minum atau penggunaan obat semasa hamil.

Nyaris 10 persen wanita (ibu dari anak-anak tersebut) diketahui merokok berat, yakni lebih dari 10 batang per hari semasa hamil. Sementara itu, 12,5 persen wanita merokok ringan (kurang dari 10 batang per hari), dan 12,4 persen adalah mereka yang mencoba berhenti saat hamil.

Diketahui bahwa risiko memiliki anak yang mengalami gangguan perilaku atau masalah perhatian lebih tinggi pada wanita hamil perokok, terutama yang merokok hingga menjelang melahirkan. Adapun risiko tertinggi adalah jika wanita yang bersangkutan merokok sepanjang masa kehamilan (9 bulan).

Mereka juga mendapati bahwa dampak merokok semasa hamil berbeda pada anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki yang terpapar rokok sigaret saat masih dalam kandungan cenderung lebih banyak mengalami gangguan perilaku dan perhatian, sementara anak wanita hanya gangguan perilaku saja.

"Penekanan risiko ini terutama pada seberapa lama si wanita hamil ini merokok (selama masa kehamilan), bukan berapa jumlah rokok yang diisap," kata salah satu tim peneliti, Dr Kate E Pickett, perihal studi yang diterbitkan Journal of Epidemiology and Community Health.

Dia menambahkan, para ibu hamil yang merokok berat dan terus-menerus (persisten) berisiko lebih tinggi memiliki anak laki-laki yang bermasalah secara perilaku ketimbang perokok ringan. Adapun untuk anak wanita, efeknya lebih pada lamanya merokok ketimbang jumlah rokok yang diisap.

"Persamaannya, untuk masalah hiperaktivitas dan gangguan perhatian, baik perokok berat maupun ringan sama-sama meningkatkan risiko dibanding yang nonperokok," beber Pickett.

Studi ini tentunya kian menambah bukti adanya tren hubungan antara perokok berat dan mood anak. Penelitian sebelumnya pada binatang juga menunjukkan bahwa nikotin adalah sebuah "racun" bagi perilaku.

Bayangkan, wanita hamil yang merokok rupanya tak hanya memapari janinnya dengan bahan kimia berbahaya yang bisa memengaruhi perkembangannya. Lebih jauh lagi, dia juga akan menurunkan sifat dan perilaku yang dihubungkan dengan kebiasaan merokok mereka di saat hamil.

Kebanyakan wanita perokok berusaha berhenti merokok saat hamil demi melindungi buah hatinya. Bagian lain dari studi ini menyebutkan, anak wanita yang ibunya berhenti merokok semasa hamil berisiko lebih rendah mengalami masalah perilaku dibanding anak perempuan yang ibunya tidak pernah merokok. Mengapa bisa demikian?

Peneliti berasumsi bahwa tekad dan usaha untuk berhenti merokok selama hamil menunjukkan bahwa wanita bersangkutan mempunyai kapasitas beradaptasi pada keadaan dan kemampuan merencanakan dan menunda kenikmatan (kemampuan untuk berhenti merokok). Dengan kata lain, ini juga menunjukkan pertanda temperamen easygoing yang lantas diwarisi anak wanitanya. (Sumber: lifestyle.okezone.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar