Selasa, Desember 15, 2009

Boleh Konsumsi Kafein Saat Menyusui, Asal...

"KALAU lagi menyusui nggak boleh minum kopi, ntar si kecil jadi sering rewel". Larangan seperti itu pasti sudah nggak asing lagi ditelinga. Benar tidak sih? Lalu bagaimana dong menyiasatinya?

Apa harus puasa kopi dulu selama menyusui? Wah, mana bisa? Sabar Moms, jangan dulu pusing. Ternyata minum kopi boleh kok selama menyusui, asal tahu takarannya. Penasaran?

Berikut ini bahasan yang disampaikan dr. Sri Lestari, SpA, IBCLC dari RS OMNI Medical Center, Pulomas, Jakarta.

Efek Samping
Yup, siapa sih yang tak tahu nikmatnya minum kopi atau teh? Dari yang tadinya mengantuk, tiba-tiba menjadi segar kembali baik tenaga maupun pikiran, semua karena efek kafein dalam kopi atau teh.

Dalam dosis yang rendah, kafein memang bisa berfungsi sebagai bahan pembangkit stamina dan penghilang rasa lelah. Tak heran kalau banyak orang mengandalkan kafein saat kondisi tubuh menurun.

Secara ilmiah, efek langsung dari kafein terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada, begitu juga terhadap ASI. Yang ada adalah efek tak langsung dari kafein terhadap penggunanya seperti menstimulasi pernafasan dan jantung serta bila dikonsumsi secara berlebihan bisa memberikan efek samping berupa rasa gelisah, tidak dapat tidur (insomnia) dan denyut jantung tak beraturan.

Kafein = No Problem
Wah, kalau menyusui tak boleh minum kopi dong? Boleh-boleh saja koq mengonsumsi kafein selama Moms menyusui, tapi dengan jumlah tertentu. Sebenarnya, jumlah kafein yang sampai ke ASI hanya sekitar 0,06 - 0,15 persen dari kadar yang diminum oleh Moms.

American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan bahwa ibu menyusui boleh mengonsumsi kafein kurang dari 300 mg/hari atau kurang lebih sekitar 3 cangkir per hari.

Memang ada juga penelitian yang menunjukkan bahwa ibu yang mengonsumsi kafein sampai 750 mg/hari tidak menimbulkan masalah buat ibu dan bayi yang disusuinya. Tetapi hasil ini belum tentu sama pada tiap orang loh!

Bayi Menjadi Rewel
Sama seperti orang dewasa, pada bayi yang sensitif, kafein bisa saja menimbulkan gejala seperti halnya bayi yang sensitif terhadap makanan lain.

Walau begitu, dalam kadar yang dianjurkan, kafein tidak menimbulkan dampak yang buruk. Tetapi jika kadar kafein yang diminum ibu menyusui lebih dari yang dianjurkan, si kecil bisa saja memberikan reaksi berupa sulit tidur sehingga bayi terlihat lebih rewel.

Nah, untuk mengetahui apakah bayi Anda sensitif terhadap kafein atau tidak, Moms bisa coba dengan tidak mengonsumsi kafein dulu selama 2 minggu, dan tunggu apakah gejala di atas hilang atau tidak.

Takaran yang Dianjurkan
Agar tetap bisa menikmati kafein selama menyusui, ikuti aturan mainnya! Dianjurkan yang boleh adalah antara kurang dari 300 mg atau 3 cangkir. Umumnya jika sewaktu hamil si ibu telah mengonsumsi kafein, bayi lebih tahan dengan kadar yang lebih tinggi. Ada pula penelitian bahwa ibu menyusui bisa mengonsumsi kafein sebanyak 750 mg atau 5 cangkir tanpa menimbulkan masalah. Well, sebaiknya tak perlu coba-coba, ya? Apalagi bila bayi Anda lahir prematur atau sedang sakit, sebaiknya Moms tidak mengonsumsi kafein dulu.

Kapan Sebaiknya Ngopi?
Pada bayi yang sensitif terhadap kafein, sebaiknya setelah Moms menyusui lakukan segera acara ngopi atau lainnya. Karena umumnya payudara akan terisi setelah 2 jam dimana kadar kafein sudah tidak dalam kadar puncak.

Cara lain, peras ASI Anda sebelum mengonsumsi kafein. Jadi, saat si kecil pengin menyusu saat Moms baru ngopi, ngeteh atau mengonsumsi makanan yang mengandung kafein, bayi dapat diberikan ASI peras sampai kadar kafein dalam tubuh Moms menurun.

Namun sebaiknya tetaplah awasi gejala yang timbul pada si kecil. Jika masih bermasalah dengan cara ini, maka tunggu sekitar 5 jam pada saat mencapai waktu paruh kafein.

Selain itu, rupanya rokok juga dapat meningkatkan penyerapan kafein. Jadi kalau Moms ngopi sekaligus merokok maka akan semakin cepat penyerapannya. Ups, it's a big no... no...!

Dimana Ada Kafein?
Kafein bisa ditemukan pada kopi, teh, soft drink, minuman berenergi, termasuk produk minuman kesehatan, beberapa obat yang dijual bebas/OTC (over the counter) dan obat dengan resep dokter, atau makanan seperti cokelat. Produk herbal yang mengandung guarana/paullinea cupana, kacang kola atau teh hijau juga mengandung kafein.

Kandungan kafein dalam berbagai produk tersebut berbeda-beda. Misalnya, dalam 150 ml kopi seduhan terdapat kafein sebanyak 110 - 150 mg, kopi instan 40 - 108 mg, decaffeinated (kopi dengan kadar kafein rendah) sebanyak 2 - 5 mg, sementara dalam teh berkisar antara 9 - 50 mg pada teh seduhan, teh instan 12 - 28 mg dan minuman teh ringan 22 - 36 mg.

Pada minuman cola mencapai 40 - 60 mg, minuman energi/suplemen 50 - 80 mg, coklat 5 - 35 mg dan obat-obatan 100 - 200 mg (stimulan), 32 - 65 mg (analgesik/pereda sakit) dan 10 - 30 mg (obat demam).

Nah, Moms, Anda bisa mereka-reka sendiri berapa bila ingin mengonsumsi kafein dalam batas aman per hari, bukan?

Kafein, Berapa Lama Tinggal di Tubuh?
Kadar puncak kafein dalam darah ibu kurang lebih 60 menit setelah mengonsumsi kafein. Mengenai lamanya kafein terkandung dalam tubuh setelah mengonsumsi tergantung dari masing-masing individu yaitu kemampuan menyerap, memetabolisme dan mengeluarkannya pada kadar tertentu.

Tapi Moms, umumnya kadar puncak tercapai sekitar 1 jam, dengan waktu paruh sekitar 4,9 jam pada orang dewasa sehingga dikeluarkan secara keseluruhan sekitar 10 jam. Umumnya, bayi baru lahir atau di bawah 6 bulan lebih sensitif terhadap kafein.

Sama seperti obat, semakin muda usia bayi maka semakin lama pengeluaran kafein dalam tubuh dikarenakan fungsi pencernaan bayi yang belum sempurna. Waktu paruh kafein pada bayi baru lahir sekitar 80 jam, ini berarti kadar kafein yang masuk ke tubuh bayi baru keluar setengahnya selama sekitar 4 hari.

Nah, proses pengeluaran ini semakin cepat setelah bayi besar, utamanya sekitar 6 bulan ke atas dimana waktu paruh kafein sekitar 2,6 jam. Pada usia inilah kesensitifan bayi terhadap kafein mulai berkurang. (lifestyle.okezone.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar